TOLERANSI
TERJALIN DENGAN KETERBATASAN
RUANG DAN
WAKTU
(Refleksi Perkuliahan Keempat Filsafat Ilmu Oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A)
Untuk menjalin sebuah
chemistry filsafat antara Prof. Dr. Marsigit, M.A. dengan mahasiswanya selalu
setiap awal diskusi dimulai dengan pertanyaan jawab singkat. Diskusi dilaksanakan
tanggal 3 Oktober 2014 tepatnya hari Jum’at di gedung lama pascasarjana UNY
ruang 106A, pertanyaan masih berkutat pada struktur filsafat yang meliputi material,
formatif, normatif dan spiritual.
Dalam kajian olah pikir yang
kami laksanakan, ternyata sebuah batu dapat masuk dalam dimensi material,
formatif, normatif dan spiritual. Sebuah batu dalam dimensi material meliputi
batu pasir, batu kerikil. Tetapi jika batu kerikil tersebut dijadikan sebagai
batas pekarangan maka batu tersebut berubah dimensi menjadi formatif. Lain halnya
jika batu kerikil tersebut digunakan untuk mengukur biaya yang dikeluarkan jika
naik gerobak tarik pada zaman yunani kuno maka batu tersebut berada dalam
dimensi normatif, tetapi lain halnya jika batu tersebut dibuat tasbih untuk
berdoa maka batu tersebut berada dalam dimensi spiritual. Maka dalam
berfilsafat sangatlah luas obyeknya sebagai contoh tadi, yaitu batu saja dapat
berada dalam ruang material, formatif, normatif, dan spiritual.
Maka manusia yang selalu
bergerak aktif walaupun tanpa disadari dia selalu menembus ruang dan waktu. Dimana ruang dan waktu adalah yang ada dan yang mungkin ada. Sebagai
manusia bisakah kita memikirkan yang ada dan yang mungkin ada? Ternyata secara ontologi (hakekat) kita bisa
tetapi secara aksiologi (etik dan
estetika) kita dibatasi ruang dan waktu. Jadi ruang dan waktu sekaligus memberi kesempatan sekaligus
membatasi.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa dengan keterbatasan mengetahui yang ada dan yang mungkin ada maka manusia
bisa hidup dan mengerti hidup. Mengetahui ruang dan mengetahui waktu adalah
tatacara atau adatnya, dengan mengetahui ruang dan waktu maka manusia dapat
saling mengerti satu sama lain dan ini berakhibat timbulnya toleransi. Sehingga
dalam bermasyarakat, bertindak, bertutur kata dan bergaul perlu mengetahui
ruang dan waktu karena jika manusia tersebut keliru dalam menempatkan ruang dan
waktu maka di masyarakat bisa dicap sebagai asosial. Oleh karena itu, dalam bermasyarakat kita harus mengetahui
dulu ruang dan waktu di lingkungan tersebut sehingga nantinya toleransi bisa
terjalin dan terjaga.
Refferensi
:
Diskusi
Kuliah Prof. Dr. Marsigit, M.A Jumat, 3 Oktober 2014
Is 1xbet korean a sport? Betting On Baseball - Legalbet
BalasHapusBetting งานออนไลน์ on baseball septcasino has many benefits as long as you are doing the research. It can be fun and fun at one of the top online sportsbooks. 1xbet