Kamis, 16 Oktober 2014

Pembelajaran Ideal



DETERMINASI GURU MEMBUAT MASALAH BARU
(Refleksi Perkuliahan Kelima Filsafat Ilmu Oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A)


Proses perkuliahan pada sore itu lain dari biasanya. Prof. Dr. Marsigit, M.A. yang biasanya mengadakan diskusi olaha piker dengan model setengah lingkaran tetapi pada waktu itu kami dibuat dua baris memanjang ke samping. Dan anehnya lagi yang biasanya setiap awal perkuliahan diadakan tes jawab singkat ternyata pada perkuliahan ini tidak dilaksanakan.
Proses perkuliahan olah piker akhirnya dimulai. Bapak professor ternyata pada kesempatan ini ingin menunjukkan kepada kami tentang kebaikan dan keburukan metode mengajar. Maklum kelas kami adalah kelas P2TK jadi semuanya sudah mempunyai pengalaman mengajar di SMP. Tanpa mengurangi semua penjelasan dari professor, saya menyoroti tentang pesan tersembunyi dari semua uraian beliau.
Dari hasil diskusi kami waktu itu, dapat saya cerna bahwa beliau ingin menunjukkan bahwa inilah metode tradisional atau biasa disebut metode konvensional. Pada metode tradisional guru menggunakan metode ceramah, jadi system pembelajaran terfokus pada guru, dalam hal ini guru hanya mengalirkan semua ilmu dari dirinya keseluruh siswanya (deliver). Maka model pembelajran ini ada yang menyebutkan dengan nama ekspositori.
Maka selama proses pembelajaran semua murid dituntut untuk tetap terjaga sehingga semua penjelasan dari guru dapat ditangkap oleh siswa. Maka jika siswa ada yang terlena bukan tidak mungkin siswa tersebut akan tidak dapat menerima semua penjelasan dari gurunya. Tetapi disinilah kekeliruannya, karena semakin guru mendominasi dalam pembelajaran maka murid tidak akan punya kesempatan untuk berfikir kritis, mengembangkan bakat dan minatnya bahkan murid akan selalu dalam tekanan gurunya. Jadi sangatlah keliru jika seorang guru mendeterminasi proses pembelajaran sehingga siswa tidak lagi punya ruang di kelasnya dan tidak bisa menunjukkan jati dirinya untuk eksis selama pembelajaran.
Tanpa mengurangi semua materi yang disampaikan Prof. Dr. Marsigit, M.A pada sore itu, saya mencoba untuk menyoroti masalah pembelajaran yang dilaksanakan pada sore itu yaitu metode tradisional, dimana dengan eksklusif-eksklusifismenya seorang guru tanpa menyadari telah membuat masalah-masalah baru. Murid yang selama proses pembelajaran tertekan dan dideterminasi olah gurunya sehingga tidak ada lagi ruang untuk mengekspresikan dirinya maka dia akan mencari jatidirinya diluar kelas dengan cara membuat kegiatan-kegiatan yang condong anarki, misal membuat geng, berkelahi, mencuri, membuat onar dan banyak lagi. Semua itu tidak semata-mata karena kesalahan murid tetapi bisa jadi dia ingin menjadi topic pembicaraan, pusat perhatian dan pencarian jati diri karena selama di sekolah, di kelas dalam proses pembelajaran dia tidak diberi ruang dan tertekan sebagai akibat metode yang digunakan guru keliru.
Semoga refleksi ini dapat menjadi pertimbangan bagi seorang pendidik dan calon pendidik bahwa di dalam melaksanakan proses pembelajaran hendaklah membuat skema terlebih dahulu, menetapkan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi, sesuai dengan materi, dan sesuai dengan lingkungan sekolah. Maka gunakanlah metode pembelajaran yang memberi ruang siswa untuk mengekspresikan dirinya, menemukan jati dirinya, dan menarik dirinya, sehingga proses pembelajaran berjalan dua arah antara guru dan murid tanpa meninggalkan aspek spiritual dan budaya ketimuran kita.

Refferensi :
Diskusi Kuliah Prof. Dr.Marsigit, M.A  Jumat, 10 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar